Siang mengambang kelam
mendung hitam berarak tumpah
rintik-rintik gerimis..
Sekilas pandangku di seberang pematang
berteduh sosok bertopang kaki kecil telanjang
sepatu dilepas, ditenteng tangan kiri
tangan kanan membawa tas plastik hitam
berisi tas dan buku pelajaran.
Ah, sahabat kecilku kehujanan
Dengan keriangan anak-anak
aku berteriak lantang memanggil,
takut kalah suara kecil ku tertelan rintik gerimis.
“oiii .. berteduh saja disini, itu pohonya pisang
mau roboh kena angin .. ”
dia tersenyum;
“iya aku kesitu ya ..”
Dalam rintik gerimis
sosok dua anak kecil berteduh
masih dengan seragam sekolah ..
tersenyum penuh keriangan, saling bercerita
bercanda menunggu gerimis reda.
“Ayo kita pulang saja, kalau gerimis
begini pasti lama berhentinya .. yuk”
sepasang anak kecil saling tersenyum dengan manis
mata bening saling beradu
senyum kepolosan.
Gadis kecil berkata;
“ayo, tapi kita pakai pelepah pisang itu
sebagai payung, ayo ambilah yang itu ..!!”
dia berkata riang sambil jari nya menunjuk
sebuah pelepah pisang yang paling lebar.
“Ah, ngak usah,kita pulang hujan-hujanan saja
aku tak takut basah, aku ngak takut dingin,
ntar masuk angin juga gak apa-apa”
senyum bandel terkembang lucu ..
akhirnya sepasang anak kecil itu berlari
terbirit melintasi gerimis
diatas jalanan tanah becek dan licin..
Terhenyak aku ..
ternyata ingatan itu masih ada,
masih jelas tergambar canda tawa kami,
keriangan, tanpa rasa khawatir dan
lahir begitu saja dari jiwa anak-anak kecil.
Suatu ketika, pada sebuah pementasan
wayang kulit di pinggiran kota
kulihat gadis kecil temanku berteduh
di bawah pelepah pisang waktu kami masih kecil
duduk dalam deretan sinden.
aku masih ingat lekuk wajahnya, alisnya
dan cara dia tersenyum.
Sekar .. dia telah dewasa, sama seperti aku
kini kulihat dia duduk dalam sikap anggun
melantunkan tembang-tembang jawa,
mengalun kadang meliuk-liuk
kemudian terdiam setelah nada panjang.
Ah, senyum nya masih sama manis
dengan waktu kecil.
dia anggun, air mukanya tenang, teduh
dan pantulan wajah nya pada mataku
membuat tergetar-getar rindu aneh.
Aku juga masih ingat .. selendang putih
yang dikenakannya menuntun ingatanku
pada kabut putih disela gerimis
aku dan dia berlari-lari kecil di bawah hujan gerimis.
Sekarang kami telah sama-sama dewasa
sama-sama bisa merasakan cinta
mungkin dulu ada tetapi hanya kedekatan hati
mendung hitam berarak tumpah
rintik-rintik gerimis..
Sekilas pandangku di seberang pematang
berteduh sosok bertopang kaki kecil telanjang
sepatu dilepas, ditenteng tangan kiri
tangan kanan membawa tas plastik hitam
berisi tas dan buku pelajaran.
Ah, sahabat kecilku kehujanan
Dengan keriangan anak-anak
aku berteriak lantang memanggil,
takut kalah suara kecil ku tertelan rintik gerimis.
“oiii .. berteduh saja disini, itu pohonya pisang
mau roboh kena angin .. ”
dia tersenyum;
“iya aku kesitu ya ..”
Dalam rintik gerimis
sosok dua anak kecil berteduh
masih dengan seragam sekolah ..
tersenyum penuh keriangan, saling bercerita
bercanda menunggu gerimis reda.
“Ayo kita pulang saja, kalau gerimis
begini pasti lama berhentinya .. yuk”
sepasang anak kecil saling tersenyum dengan manis
mata bening saling beradu
senyum kepolosan.
Gadis kecil berkata;
“ayo, tapi kita pakai pelepah pisang itu
sebagai payung, ayo ambilah yang itu ..!!”
dia berkata riang sambil jari nya menunjuk
sebuah pelepah pisang yang paling lebar.
“Ah, ngak usah,kita pulang hujan-hujanan saja
aku tak takut basah, aku ngak takut dingin,
ntar masuk angin juga gak apa-apa”
senyum bandel terkembang lucu ..
akhirnya sepasang anak kecil itu berlari
terbirit melintasi gerimis
diatas jalanan tanah becek dan licin..
Terhenyak aku ..
ternyata ingatan itu masih ada,
masih jelas tergambar canda tawa kami,
keriangan, tanpa rasa khawatir dan
lahir begitu saja dari jiwa anak-anak kecil.
Suatu ketika, pada sebuah pementasan
wayang kulit di pinggiran kota
kulihat gadis kecil temanku berteduh
di bawah pelepah pisang waktu kami masih kecil
duduk dalam deretan sinden.
aku masih ingat lekuk wajahnya, alisnya
dan cara dia tersenyum.
Sekar .. dia telah dewasa, sama seperti aku
kini kulihat dia duduk dalam sikap anggun
melantunkan tembang-tembang jawa,
mengalun kadang meliuk-liuk
kemudian terdiam setelah nada panjang.
Ah, senyum nya masih sama manis
dengan waktu kecil.
dia anggun, air mukanya tenang, teduh
dan pantulan wajah nya pada mataku
membuat tergetar-getar rindu aneh.
Aku juga masih ingat .. selendang putih
yang dikenakannya menuntun ingatanku
pada kabut putih disela gerimis
aku dan dia berlari-lari kecil di bawah hujan gerimis.
Sekarang kami telah sama-sama dewasa
sama-sama bisa merasakan cinta
mungkin dulu ada tetapi hanya kedekatan hati
0 komentar:
Posting Komentar